Friday 22 February 2013

Skyfall

Resensi Film: Skyfall (7.5/10)
Tahun Keluar: 2012
Negara Asal: UK
Sutradara: Sam Mendes
Cast: Daniel Craig, Judi Dench, Javier Bardem, Ralph Fiennes

Plot: Dianggap tewas setelah tertembak jatuh ke dalam jeram, James Bond muncul kembali dari persembunyiannya ketika mendengar serangan teroris terhadap markas besar MI6 di London dan menemukan bekas agen MI6, Silva, berada di balik serangan tersebut (IMDb).

Belum pernah ada film Bond yang memperoleh review sedemikian positifnya, dari para film critic yang selama ini apati terhadap film-2 Bond, seperti Skyfall. But, wait a minute, w-a-i-t-a-m-i-n-u-t-e :-) ... jangan senang terlebih dahulu, karena “menaklukkan” mereka yang selama ini apati diperlukan “trade in” yang besar. Kalau dalam Casino Royale (2006) Bond-nya terinspirasi oleh Bourne, dalam film ini Bond-nya betul-2 tertransformasi menjadi Bourne -- seakan-2 produser film ini ingin merebut pangsa pasar Bourne, dan wow, betapa berhasilnya misi mereka.

Sudah lama isyu escapism vs. realism memecah antara mereka yang pro-Bond dan mereka yang apati terhadapnya. Dalam konteks intelligence-espionage, violence (kekerasan) dan grittiness (bahaya) dianggap mewakili realism -- sampai batas-2 tertentu anggapan ini dapat diterima. Tetapi kemudian kita disuguhi film-2 docudrama dengan realism yang lebih otentik, misalnya Charlie Wilson's War (2007), Fair Game (2010), atau yang lebih baru, Argo (2012) dan Zero Dark Thirty (2012). Dalam film-2 ini ditunjukkan bagaimana dalam kenyataan seorang agen rahasia beroperasi -- kadang-2 turun ke lapangan, tetapi sering-2 hanya sebatas mengumpulkan data dan menganalisis informasi saja -- membuat kita bertanya-2: apakah (so called) realism dalam film-2 Bourne tersebut betul-2 nyata? Jawabannya, jauh dari kenyataan :-) Dengan Bond tertransformasi menjadi Bourne, isyu escapism vs. realism menjadi tidak relevan lagi, karena yang terjadi adalah kita berpindah dari satu escapism ke satu escapism yang lain -- more violent, more gritty, but nevertheless it's still escapism! Tetapi escapism sendiri tidak ada salahnya, karena sejak awal escapism sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari pakem Bond: suave & sophisticated; tuxedo & vodka martini, shaken, not stirred; cutting edge gadgets/weaponry; exotic locations; dan dreamy Bond girls. Pertanyaannya, mengapa mesti meninggalkan escapism Bond dan berganti ke escapism Bourne?

  • super-hero/super-human -- tertembak jatuh dari ketinggian 100 meter dan tidak tewas
  • agility (ketangkasan) seorang hitman (pembunuh bayaran)
  • dipenuhi cedera, fisik maupun mental
  • dihantui masa lalu yang gelap
  • bitter, vengeful, dan vindictive
  • bahkan Bond girl-nya pun dihantui masa lalu yang gelap -- dalam film ini Sévérine (Bérénice Marlohe) disebutkan sebagai bekas korban perdagangan/perbudakan seks; dia “diselamatkan” oleh Silva (Javier Bardem), tetapi kemudian dengan tragis pula diperalat dan dihabisi olehnya. Dalam sejarah Bond, belum pernah ada Bond girl se-'ngenes' Sévérine sedemikian rupa sehingga tidak ada wanita (in their right minds) ingin menempati posisinya -- Bond girl, bekas budak seks?! O-h-m-y-g-o-d! Okay, okay ... Mary Goodnight dalam The Man with the Golden Gun (1974), Bibi Dahl dalam For Your Eyes Only (1981), dan Paris Carver dalam Tomorrow Never Dies (1997) adalah epitomi dari kekonyolan sebagian peran Bond girls; namun demikian, walaupun konyol, karakterisasi mereka adalah wanita dengan kebebasan untuk memilih -- they have freewill (!) Bandingkan dengan peran Sévérine: abad ke 21, bekas budak seks (and apparently she still is), yang notabene tidak mempunyai freewill. I'm sorry, I'm really sorry, but I must say this: mereka yang selama ini apati terhadap peran Bond girls, tetapi tidak apati menyaksikan peran Sévérine adalah hipokrit. Absolute hypocrite.
IMHO, usaha “menaklukkan” mereka yang selama ini bukan fans Bond, semestinya tidak dilakukan at the expense of (dengan mengorbankan) fans lama Bond.

Inikah akhir dari Bond girls?
Inikah escapism baru dari Bond?

Sementara mendung kelabu menyelimuti rumah masa kecil Bond di Skotlandia, Judi Dench bowed out with a bang, dan Adele melantunkan lirik apocalyptic-nya, “This is the end ...”, jawabannya mungkin tersembunyi dalam senyum Daniel Craig di akhir film (senyumnya yang pertama sejak Casino Royale) sementara dia menatap wajah bekas partner kerjanya, Eve (Naomie Harris), yang baru saja memperkenalkan dirinya -- “My name is Eve. Eve Moneypenny.” Dan penulis-pun ikut tersenyum :-) Yay, Moneypenny is back! :-)

Sebagai fans Bond sejak Dr. No (1962), Skyfall meninggalkan perasaan like-dislike yang tidak pasti -- sayang sekali dari semua film Bond, justru film inilah yang terpilih sebagai Outstanding British Film dalam British Academy Awards 2013 (mungkin dipaskan dengan perayaan 50 tahun series ini). Tetapi ada satu yang pasti, I love Adele's song, immensely.

* 7.5/10





Skyfall dapat anda temukan di eBay.com

Wednesday 6 February 2013

Quantum of Solace

Resensi Film: Quantum of Solace (6.5/10)


Tahun Keluar: 2008
Negara Asal: UK
Sutradara: Marc Forster
Cast: Daniel Craig, Olga Kurylenko, Mathieu Amalric, Judi Dench, Giancarlo Giannini

Plot: Melanjutkan plot dari Casino Royale, James Bond menelusuri jejak jaringan terorisme internasional, Quantum, dan menemukan konspirasi pemimpinnya, Dominic Greene, untuk menguasai sumber daya air di Bolivia (IMDb).

Ada pepatah mengatakan: “When you're at the top, the only way you can go is down.

Despite tujuan dan usaha baik dari filmmaker, film lanjutan dari Casino Royale ini mengalami nasib persis sama seperti kata pepatah di atas. Ketika film diproduksi, WGA (Writers Guild of America -- perserikatan penulis script di AS) sedang melancarkan aksi mogok menulis. Akibatnya, anggota cast yang bukan penulis -- yang semestinya tidak menulis -- mesti ikut rembukan menulis, a.l. sang sutradara sendiri, Marc Forster, dan Daniel Craig! Craig? Ikut menulis script?! Lebih parah lagi, script ditulis dan di-revisi sementara shooting berlangsung. Hasilnya, mengerikan ... :-) Kalau dalam Casino Royale semua elemen yang menyusun film Bond tampil secara seimbang, dalam film ini yang tersisa hanyalah bitterness (marah) dan revenge (balas dendam). Bond-nya bitter, vengeful, dan vindictive; Bond girl-nya (Olga Kurylenko) juga ikut bitter, vengeful, dan vindictive. Untuk pertama kali dalam sejarah film Bond, antara Bond dan Bond girl tidak ada chemistry/saling ketertarikan. Apakah ini awal dari akhir untuk Bond girl?

Mathieu Amalric, aktor berpengalaman asal Perancis, adalah aktor sekelas Mads Mikkelsen. Namun sayang dia tampil dalam film Bond yang script-nya buruk. Perannya sebagai Dominic Greene, pemimpin jaringan terorisme internasional yang bersembunyi di balik kedok philanthropist (pecinta manusia) dan environmentalist (pecinta lingkungan), ternyata tidak dibarengi dengan karakterisasi yang sepadan, instead dia ditampilkan sebagai “common criminal in a suit.” Ini betul-2 BIG let down (gagal memenuhi harapan) -- mempertimbangkan harapan tinggi penonton terhadap karakternya dari film sebelumnya. Judi Dench, seperti biasanya, tampil meyakinkan, tetapi bahkan aktres sekaliber Dench-pun tidak berhasil mengangkat script dari absurdity. Giancarlo Giannini, yang dalam film sebelumnya perannya melengkapi palette warna hubungannya dengan Bond dengan abu-2, dalam film ini kehadirannya terasa unneeded, tidak diperlukan. Last but not least, bahkan usaha Gemma Arterton me-reprise scene Shirley Eaton dalam Goldfinger (1964) tidak berhasil menyelamatkan film ini.

Setelah segalanya melambung tinggi dalam Casino Royale, semuanya terperosok masuk ke dalam "abyss" dalam film ini. Quantum of Solace dengan mudah menjadi film Bond yang terburuk, dimana para penggemar Bond lebih senang melupakannya.

* 6.5/10




Quantum of Solace dapat anda temukan di eBay.com