Tuesday 28 January 2014

The Wolf of Wall Street

2014 Oscar Watch

The Wolf of Wall Street (8.0/10)


Sutradara: Martin Scorsese
Script: Terence Winter
Cast: Leonardo DiCaprio, Jonah Hill, Matthew McConaughey

Sebelum film terbaru dari Martin Scorsese ini ternyata ada film dengan judul yang sama, The Wolf of Wall Street, keluaran tahun 1929 dengan tema yang sama pula -- waktunya semestinya bersamaan dengan peristiwa “Black Tuesday”, yaitu hancurnya harga-2 saham di Wall Street pada bulan Oktober tahun 1929, yang mengawali era Great Depression di seluruh dunia yang berlangsung sampai akhir Perang Dunia ke 2. Tetapi cerita dalam film terbaru dari Scorsese ini diambil dari memoir/kisah nyata eks-pialang, Jordan Belfort (diperankan oleh Leonardo DiCaprio), yang résumé kariernya dipenuhi dengan trik-2 manipulasi pasar saham untuk mengeruk kekayaan secara cepat dan tanpa batas; dan sepadan dengannya, résumé pribadinya dipadati dengan kehidupan hedonistik tanpa batas pula -- materi, pesta, seks, dan narkoba. Inilah yang penulis saksikan selama 179 menit ... 3 jam kurang 1 menit! It's a very very long film! :-) Pemilihan DiCaprio, yang notabene dicintai penonton,  plus mempertimbangkan sikon di Amerika, dimana menurut John Steinbeck -- penulis novel “The Grapes of Wrath”: “Socialism never took root in America, because the poor see themselves not as an exploited proletariat but as temporarily embarrassed millionaires,” :-) sedikit banyak berhasil menetralisir ketidak-simpatikan karakter tersebut, karena penonton memahami motivasinya. Jordan Belfort, dari awal sampai akhir film, tidak berubah -- tidak berubah menjadi lebih baik atau lebih bijaksana; hanya statusnya saja yang berubah menjadi eks-narapidana yang kehilangan ijinnya sebagai pialang -- tidak ada penyesalan atas perbuatannya, hanya penyesalan atas penangkapan dirinya.

Scorsese dalam film ini berlaku seperti Federico Fellini dalam La Dolce Vita (1960); 179 menit of “endless orgy” dari Jordan Belfort. Peringatan: tidak semua penonton menyukai gaya penyampaian seperti ini, karena gaya penyampaian seperti ini istilahnya adalah “beating a dead horse”, artinya mengulang-ulangi terus apa yang sudah disampaikan, bahkan sudah dipahami penonton, hanya bentuk luarnya saja yang berbeda. Sayang sekali film ini tidak didukung dengan sinematografi dan desain produksi yang artistik yang sangat diperlukan dalam gaya penyampaian seperti ini -- bandingkan dengan La Dolce Vita yang memanfaatkan keindahan sinematografi hitam-putih kontras tajam dan keindahan kota Roma, dan sekarang dengan film Itali yang lain yang dijagokan memenangkan Film Berbahasa Asing Terbaik, La Grande Bellezza (The Great Beauty). Namun demikian, film ini tidak berarti tidak mempunyai scene yang “indah”; penulis menemukan dua scene yang “indah”, yaitu: 1) Matthew McConaughey mengajari DiCaprio rahasia menjadi pialang yang sukses -- untung sekali McConaughey hanya tampil beberapa menit saja, kalau tidak dia bisa menggeser DiCaprio dari centre stage (catatan: kalau penampilan McConaughey seperti ini dalam Dallas Buyers Club, maka sulit rasanya DiCaprio bisa merebut Oscar dari tangannya), 2) DiCaprio dan Jonah Hill sedang high gara-2 obat bius yang bermerek “lemmon” ... ... I have to confess, it's really really funny :-) Dibantu dengan special effects yang mumpuni, penampilan DiCaprio dalam scene inilah yang mungkin membuat dirinya masuk nominasi Aktor Terbaik dalam Oscars 2014 ini :-)

Salut untuk Scorsese yang berani membuat film tentang karakter yang tidak simpatik ini. Juga untuk DiCaprio yang berani memainkan peran tersebut.

Nominasi Oscar 2014:
  • Film Terbaik
  • Sutradara Terbaik (Martin Scorsese)
  • Aktor Terbaik (Leonardo DiCaprio)
  • Aktor Pendukung Terbaik (Jonah Hill)
  • Script Adaptasi Terbaik (Terence Winter)


The Wolf of Wall Street dapat anda temukan di eBay.com

Wednesday 22 January 2014

Her

2014 Oscar Watch

Her (8.0/10)


Sutradara: Spike Jonze
Script: Spike Jonze
Cast: Joaquin Phoenix, Scarlett Johansson, Amy Adams, Rooney Mara

Bersetting di masa depan yang tidak terlalu jauh dari sekarang, sutradara & penulis Spike Jonze mengeksplorasi kemungkinan hubungan/interaksi antara manusia dan komputer ciptaan manusia yang semakin pandai atau semakin mirip seperti manusia. Theodore Twombly (Joaquin Phoenix) adalah seorang pria introvert. Tetapi di balik sikap introvert tersebut, Theodore pandai mengungkapkan hati dan pikirannya secara verbal di depan komputer -- dia bekerja di sebuah perusahaan jasa yang menyediakan jasa menulis untuk ucapan-2 selamat untuk segala kesempatan: ulang tahun, perkawinan, kematian, dlsb. Suatu hari Theodore membeli sebuah Operating System (OS) baru untuk komputernya di rumah yang konon dirancang dengan teknologi Artificial Intelligence. OS ini mempunyai kemampuan mengenali pemiliknya, yaitu dengan berinteraksi dengan pemiliknya. Theodore memilih suara wanita untuk OS barunya ini dan OS ini kemudian memilih nama untuk dirinya, “Samantha” (suara dari Scarlett Johansson). Responsif terhadap sikon Theodore, “Samantha” dengan cepat tidak hanya berfungsi sebagai OS komputernya, tetapi juga menjadi teman akrabnya -- tempat curhat Theodore. Segera setelah itu keduanya jatuh cinta :-) Namun demikian, film ini ternyata tidak melulu tentang jatuh cinta.

Walaupun plot awalnya nampak seperti drama romcom biasa -- dengan bumbu science fiction, script film ini ternyata bergerak ke berbagai isyu penting yang mulai muncul saat ini, a.l.: semakin banyaknya generasi muda yang lebih comfortable/lebih fasih berkomunikasi secara maya daripada secara nyata (social media, online multiplayer games, online dating, dlsb.); mengapa demikian?; perbandingan plus/minus antara manusia dan komputer -- manusia prejudice dan irrational, komputer tanpa prejudice dan rational; manusia complacent (pada tahap-2 tertentu dalam hidupnya, tidak mau belajar atau berubah lagi), sedang Artificial Intelligence dirancang untuk selalu beradaptasi, berubah sesuai dengan sikon. Tidak terpancing masuk ke dalam sentimentalisme romcom, scriptnya (dibantu dengan Production Design yang sesuai) berhasil menjaga atmosfir melankoli dari pertanyaan introspektif tersebut sampai ke akhir film: menyedihkan tetapi sekaligus memberi harapan positif untuk humanity.

Joaquin Phoenix, melengkapi berbagai karakter nyleneh yang pernah dia mainkan, berhasil menarik simpati penonton sebagai Theo si introvert. Scarlett Johansson, yang biasanya tampil memikat dengan fisiknya, kali ini berhasil tampil memikat dengan suaranya. Amy Adams, yang dalam Oscars 2014 ini tampil menggoda sebagai femme-fatale dalam American Hustle, dalam film ini tampil sama sekali terbalik. Last, but not least, Rooney Mara selalu tampil meyakinkan sebagai wanita yang vindictive (menyimpan dendam) -- hmmm, kenapa ya? :-), seperti dalam The Social Network (2010) sebagai kekasih Mark Zuckerberg atau dalam The Girl with the Dragon Tattoo (2011) sebagai korban kekerasan seksual, Lisbeth Salander.

Kabar terakhir mengatakan script film ini bersaing ketat dengan script American Hustle untuk memenangkan penghargaan tertinggi Oscar untuk Script Original Terbaik.

Nominasi Oscar 2014:
  • Film Terbaik
  • Script Original Terbaik (Spike Jonze)
  • Original Score Terbaik (William Butler, Owen Pallett)
  • Original Song Terbaik (“The Moon Song” - Karen O (Musik); KarenO, Spike Jonze (Lirik))
  • Production Design Terbaik (K. K. Barrett (Production Design); Gene Serdena (Set Decoration))


Her dapat anda temukan di eBay.com

Tuesday 14 January 2014

Saving Mr. Banks

2014 Oscar Watch

Saving Mr. Banks (7.7/10)


Sutradara: John Lee Hancock
Script: Kelly Marcel, Sue Smith
Cast: Emma Thompson, Tom Hanks, Colin Farrell, Annie Rose Buckley, Paul Giamatti

Setelah 20 tahun berusaha mendapatkan ijin dari P.L. Travers (Emma Thompson) untuk memfilmkan buku cerita anak-2nya, “Mary Poppins”, pada tahun 1961 Walt Disney (Tom Hanks) akhirnya berkesempatan mewujudkan cita-2 tersebut ketika Travers terhimpit kesulitan keuangan  dan harus mempertimbangkan menjual film rights/hak memfilmkan tersebut ke Disney. Namun demikian, ini tidak berarti Travers dengan mudah menyerahkan film rights tersebut tanpa syarat -- syaratnya justru seabreg ... ! :-) Tidak seperti yang dibayangkan Disney tentang seorang penulis fantasi yang imajinatif, Travers ternyata adalah wanita yang kaku, kolot, dan anehnya tidak menyukai segala kreasi/karakter fantasi ciptaan studionya. Bagi Disney, Travers betul-2 sebuah conundrum -- teka-teki misterius yang tidak mudah dipecahkan. Tetapi scriptnya tidak menyembunyikan teka-teki tersebut dari penonton. Dengan gaya penuturan cerita bolak-balik antara masa kini dan flashback, scriptnya menampilkan kehidupan masa kecil Travers di pedalaman Maryborough, di negara bagian Queensland, Australia, dan bagaimana pengalaman masa kecil tersebut menginspirasi dirinya menulis Mary Poppins dan sekaligus membentuk kepribadiannya. Walaupun sudah berusaha menyenangkan Travers -- dalam segala hal yang mungkin, tim kreatif Disney menghadapi banyak hambatan mulai dari ejaan kata, pemilihan musicals, sampai penggunaan animasi, dan yang paling membuat Travers risau adalah penggambaran karakter Mr. Banks yang menurut dia tidak cocok dengan gambarannya. Siapa Mr. Banks ini sehingga membuat dia sangat khawatir? Disney mesti berbuat apa lagi agar Travers bersedia menyerahkan film rights tersebut pada dirinya?

Bagian cerita untuk masa kini, Thompson dan Hanks tampil mempesona dalam perannya masing-2. Bradley Whitford, Jason Schwartzman, dan B. J. Novak tampil meyakinkan sebagai tim kreatif Disney yang harus menderita dan berusaha dengan segala cara menaklukkan hati Travers. Paul Giamatti, dalam peran kecilnya sebagai sopir limo Travers, tampil selayaknya seperti Paul Giamatti :-) -- you know what I mean, I love Paul Giamatti, semestinya dia memperoleh screen time lebih banyak karena melalui dia penonton melihat sisi personal Travers. Sayangnya, bagian cerita untuk flashback, Colin Farrell sebagai ayah Travers tampil terlalu dominan, yang semestinya untuk Annie Rose Buckley yang memerankan Travers kecil. Penulis menemukan dua scene paling memorable dalam film ini: 1) Scene tim kreatif Disney akhirnya berhasil membuat Travers tersenyum dengan lagunya “Let's Go Fly a Kite”, 2) Monolog Hanks di depan Thompson sebagai usaha terakhirnya untuk memperoleh film rights tersebut.

Dengan jumlah nominasi Film Terbaik yang mencapai 9-10 film, Saving Mr. Banks besar kemungkinan akan meramaikan nominasi Film Terbaik. Emma Thompson dijagokan masuk nominasi Aktres Terbaik. Tom Hanks, walaupun memegang peran utama dalam film ini, agar tidak merusak nominasinya untuk Aktor Terbaik dalam film Captain Phillips, dia akan mengajukan nominasi untuk Aktor Pendukung Terbaik.  Last, but not least, Thomas Newman yang mengisi musik untuk film ini juga besar kemungkinan akan meramaikan nominasi Original Score Terbaik.

Melihat akhir film yang bittersweet, puas tetapi tidak sepenuhnya puas, untuk Travers, penulis mencium tanda-2 Disney akan me-remake Mary Poppins dengan versi yang lain, mungkin versinya Travers?! :-) Live action, NO musicals, NO animations ... :-) Mengapa tidak?!

Prediksi Nominasi Oscar 2014:
  • Film Terbaik
  • Aktres Terbaik (Emma Thompson)
  • Aktor Pendukung Terbaik (Tom Hanks)
  • Original Score Terbaik (Thomas Newman)


Saving Mr. Banks dapat anda temukan di eBay.com

Wednesday 8 January 2014

August: Osage County

2014 Oscar Watch

August: Osage County (7.5/10)


Sutradara: John Wells
Script: Tracy Letts
Cast: Meryl Streep, Julia Roberts, Ewan McGregor, Chris Cooper, Abigail Breslin, Benedict Cumberbatch, Juliette Lewis, Julianne Nicholson, Margo Martindale, Dermot Mulroney, Sam Shepard, Misty Upham

Jika konfrontasi berbahan bakar minuman keras, seperti Cat on a Hot Tin Roof (1958) atau Who's Afraid of Virginia Woolf? (1966) -- keduanya dibintangi oleh Elizabeth Taylor, adalah definisi “good time”/hiburan untuk anda, maka adaptasi dari teater dengan judul yang sama karya Tracy Letts ini (dia juga menggarap scriptnya) adalah cocok untuk anda -- dimana tuduhan diteriakkan, pintu dibanting, piring dipecah, dan ... ikan lele goreng dicampakkan :-)

Pasangan suami-istri Beverly (Sam Shepard) dan Violet Weston (Meryl Streep) adalah pasangan “ideal” (sarkasme) untuk rumah tangga yang paling dysfunctional/amburadul; Beverly adalah pecandu minuman keras, sedang Violet pecandu obat bius -- seperti yang diutarakan Bev kepada pembantu rumah tangga mereka yang pendiam tetapi bijaksana, Johnna (Misty Upham), “I drink. And my wife takes pills. That's the bargain we struck.” Tidak diceritakan siapa biang keladinya sehingga pasangan yang lain harus menghibur diri dengan meracuni dirinya. Juga tidak diceritakan bagaimana mereka bisa membesarkan ketiga anaknya: Barbara (Julia Roberts), Ivy (Julianne Nicholson), dan Karen (Juliette Lewis). Di penghujung hidupnya, Beverly akhirnya bunuh diri, meninggalkan Violet yang menderita kanker mulut*) sendirian -- *) metafora dari ucapan-2 tajam yang keluar dari mulutnya. Kematiannya memanggil pulang ketiga anaknya untuk memberi penghormatan terakhir untuknya, tetapi juga tak terelakkan membuka segala borok/luka lama di antara anggota keluarga Weston.

Sebelum ini Streep dan Roberts pernah bertemu mengisi suara untuk film animasi The Ant Bully (2006), sekarang mereka bertemu lagi dalam ... The Mama Bully :-) Interaksi antara mereka menempati centre-stage -- penggemar Streep dan Roberts tidak akan kecewa; walaupun Streep kali ini tampil “over the top”/berlebihan, sedang Roberts yang malahan lebih bagus. Anggota cast yang lain, masing-2 memperoleh kesempatan untuk bersinar, tetapi tidak selalu berhasil, terutama di antara anggota cast pria: Chris Cooper walaupun sudah berusaha keras, tetapi tidak berhasil mengimbangi energi yang meletup-2 antara Streep dan Roberts; Ewan McGregor tampil membosankan; Dermont Mulroney perannya terlalu stereotypical; dan Benedict Cumberbath jauh lebih cocok sebagai Smaug The Dragon dalam trilogi The Hobbit daripada sebagai pemuda yang tidak punya percaya diri. Margo Martindale berhasil menempatkan dirinya di antara Streep dan Roberts. Julianne Nicholson tampil low-key dan mengesankan. Juliette Lewis juga low-key dan meyakinkan. Sedang Abigail Breslin sama sekali gampang dilupakan. All in all, ensemble cast yang mengesankan, tetapi tidak seluruh bagiannya bekerja secara efektif.

Ironisnya, di antara scene-2 konfrontasi yang merupakan bagian utama dalam film ini, justru scene Roberts, Nicholson, dan Lewis bersikap rileks dan berbicara dari hati ke hati menjadi scene terbaik. Juga penampilan Upham yang hanya mengucapkan beberapa dialog saja sepanjang film menjadi momen yang berharga di antara rangkaian konfrontasi yang bertubi-2 tersebut.

Prediksi Nominasi Oscar 2014:
  • Aktres Terbaik (Meryl Streep)
  • Aktres Pendukung Terbaik (Julia Roberts)
  • Script Adaptasi Terbaik (Tracy Letts)


August: Osage County dapat anda temukan di eBay.com

Monday 6 January 2014

The Hobbit: The Desolation of Smaug

2014 Oscar Watch

The Hobbit: The Desolation of Smaug (8.0/10)


Sutradara: Peter Jackson
Script: Fran Walsh, Philippa Boyens, Peter Jackson, Guillermo del Toro
Cast: Ian McKellen, Martin Freeman, Richard Armitage, Benedict Cumberbatch

Masih merupakan bagian tak terpisahkan dari petualangan fantasi maha besar karya penulis J.R.R. Tolkien, The Lord of the Rings, film ini adalah “labour of love” dari sutradara Peter Jackson terhadap  filmmaking -- bagian ke 2 dari 3 petualangan Bilbo Baggins, atau ke 5 dari 6 petualangan Gandalf the Grey dan para Hobbit di Middle-Earth.

Hampir semua penghargaan Oscar atas inovasi dan kreativitas Jackson dan timnya di studio mereka di Wellington, New Zealand, telah diberikan antara tahun 2002 sampai tahun 2004 dengan perincian sebagai berikut: 13 nominasi (4 piala Oscar) untuk Fellowship of the Ring (2001), 6 nominasi (2 piala Oscar) untuk Two Towers (2002), dan diakhiri secara spektakuler dengan 11 nominasi (11 piala Oscar! -- setiap nominasi memenangkan piala Oscar) untuk Return of the King (2003). Tidak ada yang kurang dari film ini dibandingkan film-2 pendahulunya, selain memberi kesempatan pada film-2 yang lain untuk berkompetisi di Oscar 2014.

Itulah Oscar.
Berbagi kesempatan ...

Prediksi Nominasi Oscar 2014:
  • Visual Effects Terbaik
  • Production Design Terbaik
  • Original Song Terbaik (“I See Fire”, lirik, komposisi, dinyanyikan oleh Ed Sheeran)


The Hobbit: The Desolation of Smaug dapat anda temukan di eBay.com

Saturday 4 January 2014

Blue is the Warmest Colour

2014 Oscar Watch

Blue is the Warmest Colour (La Vie d'Adèle – Chapitres 1 & 2/The Life of Adèle – Chapters 1 & 2) (8.0/10)


Sutradara: Abdellatif Kechiche
Script: Abdellatif Kechiche, Ghalia Lacroix
Cast: Adèle Exarchopoulos, Léa Seydoux

Human beings are sexual beings.
Seksualitas adalah bagian dari humanitas.
Mungkin karena itu, semua agama menempatkan moralitas seksual dalam bagian penting dalam ajarannya dan isinya strict (eksak dan terbatas); membuat seksualitas menjadi subyek yang tidak mudah didekati: paling tabu untuk dibicarakan, apalagi dieksplorasi. Kalau akhirnya dibicarakan, subyek seksualitas biasanya jatuh dalam 3 kemungkinan: 1) Boring (membosankan) -- disampaikan secara scientific, misalnya dalam pelajaran Biologi; 2) Funny (lucu) -- disampaikan secara komedi, misalnya dalam American Pie (1999); atau 3) Uneasy/Uncomfortable (bikin sungkan) -- disampaikan secara apa adanya. Blue is the Warmest Colour jatuh dalam kategori terakhir.

Film adaptasi dari novel bergambar dengan judul yang sama karya penulis Perancis, Julie Maroh, garapan sutradara kelahiran Tunisia, Abdellatif Kechiche, ini walaupun ceritanya berkisar antara 2 wanita: Adèle (Adèle Exarchopoulos) dan Emma (Léa Seydoux), film ini tidak sekedar menampilkan seksualitas antara keduanya, tetapi lebih merupakan perjalanan Adèle menemukan seksualitasnya -- “coming of age”, perjalanan Adèle dari remaja menjadi dewasa . Di samping menampilkan adegan-2 seks yang eksplisit, menarik melihat Kechiche -- dengan rapture/antusiasme yang sama -- menampilkan scene-2 dialog tentang seni, sastra, musik, filsafat (Adèle berpendapat begini, Emma berpendapat begitu; Adèle menyukai musik ini, Emma menyukai musik itu), scene-2 makan & minum (Adèle menyukai makanan ini, sedang Emma menyukai makanan itu -- satu scene menarik, yaitu ketika Emma mengajari Adèle mengapresiasi oyster), dan scene-2 keragaman etnik & budaya di tempat tinggal mereka (Arabic dan African); seakan-2 Kechiche mengeksplorasi seluruh panca-indera yang ada: penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, dan perasaan. Hasilnya, adegan-2 seks yang ada tidak stand-alone berdiri sendirian dalam konteks yang sempit, tetapi menjadi bagian dari konteks yang lebih luas, eksplorasi yang lebih luas, terhadap kelima indera yang ada. Selain itu scriptnya juga menampilkan seaneh apapun seksualitas mereka menurut standard yang dianut mayoritas, hubungan mereka ternyata mencakup aspek-2 yang sama seperti hubungan pasangan “straight”: cinta, cemburu, komitmen, pengorbanan, kejujuran, loyalitas, dlsb.

Kechiche rada berlebihan menampilkan sensualitas Adèle dengan menempatkan kamera extreme close-up di wajahnya hampir di seluruh film -- seakan-2 penonton tidak bisa mengapresiasi sensualitas Adèle. I got it! :-) Di banyak bagian, Kechiche juga rada carried-away (lupa diri) sehingga scene-2nya terlalu panjang, sehingga plotnya bergerak pelan. Namun demikian, di akhir film, I guess, kekurangan-2 tersebut dapat diabaikan.

Dengan ketiganya -- Kechiche, Exarchopoulos, Seydoux -- bersama-2 memenangkan Palme d’Or dalam Cannes Film Festival tahun 2013 yang lalu, film berbahasa Perancis ini dijagokan meramaikan nominasi Oscar untuk Film Berbahasa Asing Terbaik tahun ini. Namun sayang sekali film ini terpaksa tersingkir dari Oscar 2014 gara-2 tidak memenuhi persyaratan deadline -- Academy Awards mempunyai persyaratan semua film berbahasa asing yang ingin mengikuti kompetisi Film Berbahasa Asing Terbaik harus dikeluarkan di negara asalnya paling lambat tanggal 30 September tahun sebelumya -- film ini dikeluarkan di Perancis tanggal 9 Oktober 2013 (padahal sudah di-wanti-2). A rule is a rule :-( Lucunya, film ini boleh mengikuti kompetisi untuk kategori-2 yang lain, mis. Film Terbaik, Sutradara Terbaik, Akting Terbaik, dlsb. -- yang mempunyai persyaratan deadline yang berbeda. Mempertimbangkan ketatnya persaingan yang ada dalam kategori-2 di atas, prediksi terakhir mengatakan kecil kemungkinan film ini akan masuk nominasi untuk kategori-2 utama tersebut.

Melihat akhir film yang open-ending (berbeda dari novelnya), ada kemungkinan di tahun-2 yang akan datang bakal ada sequel-nya.

Prediksi Nominasi Oscar 2014:
  • INELIGIBLE (tidak memenuhi persyaratan deadline)

Prediksi Nominasi Oscar 2015:
  • Film Berbahasa Asing (Bukan-Inggris) Terbaik


Blue is the Warmest Colour dapat anda temukan di eBay.com

Wednesday 1 January 2014

The Hunt

2014 Oscar Watch

The Hunt (Jagten) (8.0/10)


Negara Asal: Denmark
Sutradara: Thomas Vinterberg
Script: Tobias Lindholm, Thomas Vinterberg
Cast: Mads Mikkelsen, Thomas Bo Larsen, Annika Wedderkopp

Di Hollywood Mads Mikkelsen sering ter-typecast sebagai villain -- gara-2 penampilannya yang cool sebagai Le Chiffre dalam Casino Royale (2006), dan sekarang lebih-2 lagi ... sebagai Hannibal Lecter dalam serial TV terbaru, “Hannibal”. Di negaranya, Mikkelsen adalah aktor serba bisa. Setelah penampilannya dalam costume/period drama A Royal Affair (2012) yang masuk nominasi Oscar untuk Film Berbahasa Asing Terbaik tahun lalu, Mikkelsen memperoleh kesempatan lagi tampil dalam film dengan tema yang lebih penting yang besar kemungkinan akan meramaikan nominasi Oscar lagi untuk Film Berbahasa Asing Terbaik tahun ini.

Tinggal di sebuah kota kecil dimana semua warganya saling mengenal satu sama lain, Lucas (Mikkelsen) baru saja kehilangan pekerjaannya sebagai guru -- gara-2 sekolahnya ditutup, dan sekarang bekerja sebagai pengasuh anak di sebuah fasilitas penitipan anak. Agak pendiam tetapi berhati baik dan hangat, teman-2nya care terhadap dirinya yang hidup sendirian setelah bercerai dari istrinya dan berpisah dari anak laki-2nya. Tetapi semuanya itu berubah ketika pada suatu hari -- gara-2 marah karena hal yang lain -- salah satu anak asuhnya, Klara (Annika Wedderkopp), yang juga anak dari teman akrabnya, Theo (Thomas Bo Larsen), bercerita kepada kepala fasilitas bagaimana Lucas mempertontonkan bagian privatnya ke dirinya. Dalam film ini tidak ada pertanyaan “is-he-or-isn't-he”, karena penonton mengetahui bahwa cerita tersebut tidak benar -- peristiwa tersebut tidak berasal dari Lucas, tetapi dari kakak laki-2 Klara yang menginjak remaja. Kaget mendengar cerita tersebut, investigasi langsung dilakukan: child psychologist dipanggil, para orang-tua murid juga dipanggil. Diberikan daftar symptoms/tanda-2 dari korban pelecehan seksual -- segala sesuatu dari mimpi buruk sampai uring-2an, para orang-tua murid yang lain jadi yakin bahwa Lucas juga melakukan perbuatan tidak senonoh yang sama terhadap anak mereka. Seandainya script film ini tidak serius, film ini bisa menjadi satire tentang orang-tua yang over-protective terhadap anaknya: kalau anaknya bilang peristiwa tersebut tidak terjadi, ini malah dianggap anaknya sedang “in denial”. Situasi bergulir dari buruk menjadi semakin buruk ketika pihak kepolisian menolak menangkap Lucas gara-2 bukti yang tidak cukup -- situasi ini bukannya membersihkan namanya, tetapi malah membuat dirinya semakin dibenci oleh masyarakat.

Bagaimana, sampai kapan, atau pernahkah Lucas terbebas dari fitnah tersebut?

Dalam film ini Mikkelsen memperoleh kesempatan menampilkan versatilitas aktingnya. Dengan ekspresi wajah dan suara yang terkontrol dengan subtle/tidak kentara, Mikkelsen dengan sangat baik menampilkan potret bernuansa, gelegak dalam hati, seorang yang dipaksa merasa bersalah dari tindakan yang tidak pernah dia lakukan. Aktingnya ini berhasil mengantarnya ke Aktor Terbaik di Festival Film Cannes tahun 2012 yang lalu.

Prediksi Nominasi Oscar 2014:
  • Film Berbahasa Asing (Bukan-Inggris) Terbaik





The Hunt dapat anda temukan di eBay.com